Tak ubahnya Anjing dengan Kucing…?

Loading

images
JAKARTA, (tubasmedia.com)- Tak ubahnya Anjing dengan Kucing hampir tak pernah bisa akur. Apakah begitu adanya ? Buruknya hubungan kedua instansi penegak hukum antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Kepolisian RI selalu mewarnai carut marut penegakan supremasi hukum.

Sehingga hubungan kedua penegak hukum itu digambarkan tak ubahnya ibarat keberadaan atas dua mahluk rumahan itu yang tak pernah akur. Sebab belum lama hubungan mulai hangat namun suasana di masing-masing kedua penegak hukum itu kembali bergejolak.

Penyidik Bareskrim Polri menangkap penyidik KPK Novel Baswedan di kediamannya di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara, Jum’at (1/5/15) dini hari, diperiksa dalam kasus dugaan penganiayaan yang terjadi 11 tahun silam yakni tahun 2004.

Senin kemarin (4/5/15) tindakan Bareskrim Polri menangkap dan menahan Novel itu akhirnya dilawan dengan mengajukan gugatan Pra-Peradilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Selain tuntutan ganti rugi sebesar satu rupiah, Novel juga menuntut agar Polri cq Bareskrim Mabes Polri meminta maaf baik terhadap Novel pribadi juga terhadap isteri dan anak-anaknya serta keluarga besarnya. Permintaan maaf itu diminta dituliskan di balino dan dipajang di halaman setiap kantor polisi.

Kembali dipertanyakan, mengapa pola penangkapan dan penahanan dini hari itu bisa terjadi?
Pengamat politik Populi Center, Nico Harjanto memprediksi jangan-jangan ada agenda dari fraksi di tubuh Polri yang ingin melampiaskan dendamnya kepada pihak-pihak di KPK.

Sebab tindakan penyidik Bareskrim Polri itu menunjukkan adanya insubordinasi dengan kepemimpinan Kapolri yang ingin tidak adanya kegaduhan baru. “Tampaknya ada agenda faksi di Polri yang sedang melakukan aksi balas dendam,” ujar Nico.

Jika dugaan itu benar, Nico menyarankan pimpinan Polri segera menertibkan faksi itu atau bahkan mengenakan sanksi disiplin. Sebab dikhawatirkan ke depannya akan ada tindakan-tindakan liar yang dilakukan oknum Polri.

Di pihak lain, Saor Siagian selaku kuasa hukum Novel, menilai yang terjadi belakangan ini justru menunjukkan lemahnya kepemimpinan Badrodin Haiti selaku Kapolri.

Menurut Saor, ini cerminan ada mata hari kembar di tubuh Polri. Kapolri tidak punya kuasa atau komando demi mencegah situasi tetap cooling down. Saor memprediksi ada pihak lain yang membuat suasana baik kemudian dibuat lagi menjadi kisruh seperti ini. (marto tobing)

CATEGORIES
TAGS