Site icon TubasMedia.com

Tantangan Asean Open Sky

Loading

Oleh: Efendy Tambunan

Efendy Tambunan

Efendy Tambunan

PERTUMBUHAN industri penerbangan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Prospek industri penerbangan sangat cerah karena jumlah orang bepergian dengan pesawat baru 15 juta orang dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia. Saat ini, bisnis industri penerbangan sangat menjanjikan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 6 persen dan tersedianya penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) berdampak positif terhadap peningkatan jumlah penumpang. Selain pertumbuhan ekonomi, waktu tempuh perjalanan dan harga tiket pesawat membuat penumpang berpindah moda dari moda darat dan laut ke moda udara.

Berita Lion Air memborong 234 pesawat Airbus menjadi indikator kuat bahwa transportasi udara Indonesia dan ASEAN sangat prospektif. Sebelumnya, Lion Air juga memborong 230 pesawat Boeing 737. Demikian juga AirAsia sudah memesan 475 pesawat dan Citilink memesan 25 unit Airbus A320.

Tahun 2010, jumlah pesawat beroperasi 839 pesawat dan tahun 2011 naik menjadi 907 unit. Diantara negara-negara ASEAN, Indonesia memiliki jumlah armada pesawat terbesar. Malaysia, Singapura dan Thailand masing-masing memiliki sekitar 100 pesawat yang lebih didominasi pesawat berbadan lebar.

Berdasarkan statistik, tahun 2011 total penumpang melalui Bandara Soekarno-Hatta sekitar 52 juta dan tahun 2012 menjadi 57,7 juta orang sementara kapasitasnya hanya dirancang untuk melayani 22 juta penumpang per tahun. Diprediksi tahun 2013 jumlah penumpang akan terus meningkat.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia menciptakan masyarakat kelas menengah atas. Jumlah mereka tumbuh sekitar 7,5 juta hingga 8 juta per tahun. Hal yang memprihatinkan, kelas menengah atas banyak memilih wisata ke luar negeri ketimbang berwisata ke berbagai daerah tujuan wisata di Tanah Air. Perjalanan wisata ke dalam negeri juga memberikan dampak pemerataan ekonomi dan pendapatan.

Selain daya tarik objek wisata luar negeri, berkurangnya minat berwisata ke tujuan wisata di Tanah Air disebabkan harga tiket pesawat sangat bervariasi untuk jarak yang relatif sama. Berdasarkan fakta, harga tiket pesawat dari Makassar ke wilayah Papua dua kali lebih mahal dibandingkan harga tiket pesawat dari Jakarta dan Surabaya ke Makassar dan Menado. Padahal jarak geografis dan jarak tempuh penerbangan tidak jauh berbeda. Mungkin, frekuensi penerbangan ke Wilayah Papua lebih sedikit dan kompetisi antar maskapai penerbangan tidak sesengit Jakarta-Makassar.

Untuk menarik berwisata ke tujuan wisata di Tanah Air, pemerintah daerah harus membenahi akses ke objek wisata. Pada umumnya, jaringan jalan ke objek wisata banyak yang rusak. Fasilitas dan kualitas pelayanan bandara dan jaringan jalan yang memadai akan menambah daya tarik wisatawan untuk mengunjungi suatu objek wisata.

Pada umumnya, objek-objek wisata lebih banyak terdapat di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua sementara bandara yang dekat dengan objek-objek wisata tersebut hanya mampu didarati pesawat ukuran menengah dan kecil. Pada umumnya bandara menengah dan kecil tidak dilengkapi dengan fasilitas lighting untuk runway sehingga bandara tersebut tidak bisa melayani pesawat di malam hari.

Meningkatkan Daya Saing

Jumlah pesawat semakin banyak tetapi bagaimana dengan kesiapan jumlah pilot, tenaga teknisi pesawat, tenaga SDM di bandara dan kelengkapan fasilitas safety bandara? Pada saat ini, sejumlah bandara sudah sangat jenuh (overcrowded). Masalah akut di industri penerbangan Indonesia akan menurunkan daya saing industri penerbangan Indonesia di kawasan ASEAN dan regional.

Pada tahun 2012, tercatat 245 juta pergerakan pariwisata dan tahun ini diprediksi tumbuh menjadi 255 juta pergerakan pariwisata. Jumlah frekuensi penerbangan ke semua destinasi meningkat secara signifikan. Padatnya peningkatan pergerakan pesawat di bandara akan menurunkan tingkat keselamatan penerbangan dan antrian pesawat takeoff dan landing.

Masalah utama saat ini adalah banyak bandara sudah sangat padat untuk melayani pergerakan pesawat dan penumpang. Membludaknya penumpang di bandara memberi kesan bandara seperti terminal bus dan kumuh. Antrian panjang didepan konter check-in Bandara Soekarno Hatta menjadi indikasi pelayanan di bandara sudah jenuh dan bandara membutuhkan perluasan dan pengembangan. Masalah ini harus segera ditangani apalagi ASEAN Open Sky sudah didepan mata.

Untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam industri penerbangan di kawasan ASEAN dan regional, Indonesia perlu melakukan berbagai langkah besar. Terobosan besar yang harus dilakukan antara lain: meningkat kualitas SDM yang melayani di bandara dengan jumlah memadai, mencetak banyak tenaga teknisi pesawat, mencetak pilot dalam jumlah banyak, melengkapi fasilitas bandara dan safety berstandar internasional, membangun bandara baru, membangun bandara kecil menjadi bandara internasional, khususnya bandara yang dekat dengan objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan mancanegara, jadwal penerbangan yang harus tepat waktu. Terobosan ini merupakan tantangan besar untuk pemerintah dan swasta yang harus dikerjakan selama 2 tahun kedepan. Siapkah Indonesia menghadapinya? ***

(Dosen Teknik Sipil UKI dan Direktur Toba Borneo Institute)

Exit mobile version