Tari Tandok Narittik Timbulkan Rasa Cinta Budaya Sendiri

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

MEDAN, (TubasMedia.Com) – Penduduk asli Sumut yang terdiri dari delapan etnis, menjadikannya kaya dengan budaya dan kesenian daerahnya. Salah satunya, Kabupaten Tapanuli Utara asal suku Batak Toba yang memilki tradisi menortor pada setiap acara-acara pesta dan kematian.

Ulos, tandok dan kain sarung merupakan properti yang sering mereka gunakan dalam seni tari. Tandok yang diisi sebagai tempat beras memiliki makna yang melambangkan kuatnya rasa kekeluargaan.

Demikian dikatakan Kepala Sekolah SMK Raksana Medan, Drs. Safaruddin yang sekaligus menjadi pendamping kelompok tari binaan sekolah itu. Ia menambahkan, keberadaan tandok pada masyarakat Tapanuli Utara bukan hal yang asing, sehingga properti ini menjadi inspirasi sebagai objek pementasan seni tari dibawah arahan koreografer, Debby Yolanda.

Properti tari Taput ini, kerap diletakkan di atas kepala dan dipegang tangan sebelah kanan, namun pada tarian tandok narittik yang dipertunjukan siswa-siswi Raksana, tandok dilempar ke atas, ke kanan dan kiri, bahkan saling lempar-melempar secara spontanitas.

Dengan mempertunjukkan tarian itu, sekolahnya yang mewakili Sumut berhasil menjuarai Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang digelar Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Narittik, berasal dari Bahasa Batak Toba yang artinya gila.

Tari ini, memaparkan kebiasaan masyarakat gemar menortor, tetapi pada tari tandok narittik lebih menonjolkan tor-tor dengan menggunakan properti seperti tikar tradisi, tongkat dan tandok. Ia berharap, dengan adanya festival itu, menimbulkan rasa cinta terhadap kebudayaan bangsa sendiri. (tim)

TAGS