Tawuran

Loading

Oleh : Edi Siswoyo

Ilustrasi

Ilustrasi

TAWURAN antar warga di masyarakat Indonesia seperti mode. Belakangan ini aksi kekerasan itu seperti trend dalam menyelesaikan konflik dalam kehidupan masyarakat kita. Tawuran tumbuh dan berkembang di banyak wilayah di Indonesia. Dan, tak jarang peristiwa yang menelan korban jiwa dan menimbulkan banyak kerusakan harta benda itu sebagai konflik yang bersifat horizontal dan vertikal.

Hampir setiap hari media massa–elektronik dan cetak–memberitakan peristiwa tawuran. Konflik menjadi menu pemberitaan itu diberitakan melibatkan invidu (elite), kelompok dan komunitas di dalam masyarakat. Pelakunya berasal dari berbagai strata sosial masyarakat. Penyebabnya dari soal sepele sampai yang ruwet, dari masalah sosial ekonomi, sosial budaya sampai sosial politik.

Menyedihkan. Dari yang banyak itu, peristiwa tawuran juga merembet masuk ke generasi muda pelajar dan mahasiswa. Bahkan belakangan ini di Jakarta tawuran telah melibatkan wartawan. Kalau wartawan menjadi korban tawuran itu biasa sebagai resiko pekerjaan. Tapi, kalau wartawan juga menjadi pelaku tawuran itu luar biasa. Berita besar.

Menurut Polda Metro Jaya jumlah kasus tawuran yang terjadi tahun ini menunjukkan kenaikan dibanding tahun lalu. Tercatat, tahun 2010 ada 38 kasus tawuran antar warga. “Selama sembilan bulan terakhir tahun ini tercatat 39 kasus tawuran” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Baharudin Djafar. Tentu saja, satu diantaranya kasus tawuran siswa SMA Negeri 6 dengan wartawan.

Memang, polisi telah melakukan banyak upaya untuk mencegah dan menghentikan tawuran. Tapi, orang tidak bosan melakukan tawuran, baik tawuran secara individual maupun kelompok, secara horizontal maupun verrtikal. Tawuran masih sering terjadi dan terus terjadi. Bisa jadi, manusia Indonesia termasuk makluk yang suka melakukan kekerasan.

Indonesia negara hukum. Proses hukum memang harus dilakukan dan ditegakan. Namun, upaya itu belum mampu mendapatkan hasil yang optimal. Nah, kalau begitu perlu dilakukan upaya secara konprehensif yang melibatkan masyarakat.

Tentu, upaya itu titak cukup kalau hanya melihat dan menyelesaikan apa yang terjadi di atas permukaan. Apa yang ada yang terjadi di bawah permukaan–akar permasalahannya–juga harus dilihat, dicegah dan diselesaikan. Tanpa kita mau menyelesaikan akar permasalahannya, tawuran akan terus tumbuh dan berkembang seperti mode di tubuh masyarakat Indonesia.***

CATEGORIES
TAGS