Teknologi Pergaraman Dongkrak Produksi Garam

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

PANEN - Sudarto (jongkok) disaksikan petani garam memperlihatkan panen garam hasil teknologi pergaraman (tubasmedia.com/sabar hutasoit)

SUMENEP, (TubasMedia.Com) – Petani garam di Sumenep, Madura, Jawa Timur menyambut gembira diluncurkannya teknologi pergaraman. Pasalnya, teknologi tersebut diyakini dapat mendongkrak produksi garam dan dengan teknologi tersebut pula, petani garam bisa panen kendati di musim hujan.

“Kami sangat gembira,” kata sekelompok petani garam usai Kepala Subdit Kimia Hilir Direktorat Industri Kimia Hilir, Dr Ir Sudarto MM memaparkan teknologi pergaraman tersebut di lokasi tambak garam petani, Sumenep, Madura, Minggu pekan silam.

Sudarto selaku inventor mengatakan teknologi pergaraman tersebut mengatur proses pembuatan garam NaCI dengan pelapisan media isolator pada meja kristalisasi. Teknologi pergaraman selain meningkatkan kualitas garam, juga penerapan media isolator atau plastik pada meja keristalisasi akan menghasilkan mutu garam yang homogen secara fisik, bening putih dan lebih bersih dibanding dengan meja kristalisasi media tanah.

Seperti digambarkan, teknologi tersebut akan menggunakan media plastik sebagai meja kristalisasi dan penutup lahan garam pada saat musim hujan. Fungsi plastik pada meja kristalisasi mempunyai sedikitnya tiga fungsi. Pertama pada lapisan atas mempunyai permukaan yang licin dan tahan terhadap gesekan garam saat panen dan pada lapisan tengah dapat menyerap panas matahari secara optimal untuk mempercepat proses penguapan serta pada lapisan bawah mampu menahan deformasi terhadap tekanan dengan meja tanah yang diisolasi.

Sementara media isolator bermanfaat untuk mengatasi adanya difusi larutan NaCI pada meja kristalisasi sekaligus mempercepat proses penguapan dan kristalisasi garam serta meningkatkan kualitas garam yang lebih homogen.

Selain itu, secara ekonomis, teknologi pergaraman sangat layak diterapkan pada sentra garam rakyat dan mudah dipasang, praktis, efektif dan efisien dalam penerapannya.

Ketua Apegar (Asosiasi Petani Garam Rakyat) Pamekasan, Faisal SH dan Ketua Aspag (Asosiasi Petani Garam) Sampang, Jakfar Sodikin yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan bahwa teknologi tersebut sangat mendukung petani garam rakyat.

Produksi Meningkat

Dengan menggunakan teknologi tersebut dikatakan produksi garam rakyat bisa meningkat 40 sampai 50 persen. Jika selama ini (saat menggunakan meja kristalisasi tanah), hasil panen garam dari satu hektar lahan hanya 60 ton per musim. Tapi dengan teknologi pergaraman, produksi bisa meningkat menjadi sekitar 100 ton/ha/musim.

Tidak hanya itu, kata kedua ketua asosiasi tersebut, mutu garam hasil teknologi tersebut serta merta meningkat. Biaya produksinya-pun bisa ditekan sebab tidak perlu lagi masuk ke proses pencucian sebab dari lahan pertanian, garam sudah bisa dikonsumsi karena sudah bersih.

Menurutnya, jika mutu garam bisa secara homogen, harga di pasar-pun tidak lagi gonjang-ganjing dan tidak akan ada lagi perbedaan. “Dan jika demikian, kesejahteraan petani garam-pun sudah pasti mengalami peningkatan,” kata Faisal.

Persoalannya kata para petani, modal untuk media isolator sangat terbatas sehingga sangat mengharapkan bantuan pemerintah. Untuk satu hekter lahan garam disebutkan membutuhkan dana sekitar Rp 27 juta. Di Pulau Madura, menurutnya tercatat sekitar 7.000 hektar lahan garam milik rakyat yang tersebar di Sampang 4.200 ha, Pamekasan 950 ha dan Sumenep 2.000 ha. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS