Tengkulak Selamatkan Petani Bawang

Loading

index

BREBES, (tubasmedia.com)  – Tingginya harga bawang merah, salah satu penyebabnya adalah karena panjangnya rantai pasok dari petani, hingga ke konsumen akhir. Umumnya di Brebes, petani menjual langsung bawang secara ijon (dibeli saat belum panen) pada para tengkulak. Harga ditetapkan tengkulak sesuai dengan harga yang berlaku.

Tiswo, salah seorang petani bawang mengaku, dirinya tak punya pilihan lain selain menjualnya kepada tengkulak atau penebas. Petani sebenarnya bisa menjual langsung bawang ke Jakarta, namun terlalu berisiko dan malah bisa berujung kerugian.

“Mau nggak mau dijual ke juragan penebas, lebih praktis. Belum panen bawangnya belum dicabut sudah dihitung dan dibeli sama penebas, kalau harga di Jakarta mahal, yah ikutin saja. Kalau lagi untung tipis modal Rp 20 juta dibeli Rp 23 juta, lagi mahal yah dapat lebih, hampir semua petani jualnya ke penebas,” katanya, Senin (18/4/2016).

Dia mengaku, sudah pernah sekali mencoba menjual langsung ke Jakarta lewat ekspedisi. Namun, malah tekor karena bawangnya tak laku dan harus dikembalikan ke Brebes. Dirinya juga harus menanggung ongkos ekspedisi dan buruh untuk mencabut serta membersihkan bawangnya.

“Pernah nyoba kapok, sudah bayar buat cabutin bawang, kirim sendiri ke pasar induk dititipin, karena harga nggak cocok bawangnya diambil lagi. Risikonya gede, kalau penebas kan lebih sakti jualnya,” ujarnya.

Tiswo mengaku, dengan menjualnya ke penebas, uang dari panen yang didapat lebih pasti. Selain itu, meski masih di dalam tanah, pemborong bawang sudah memiliki hitungan akurat besaran bawang yang bisa diangkut ke Jakarta.

“Penebas sudah pintar. Sudah tahu hitungan sepetak bawangnya berapa kuintal. Bayar selesai, penebas yang urus cabut (panen) sama jualnya ke Jakarta. Risiko gede kalau mau jual langsung. Malah tekor kayak dulu,” tuturnya. (red)

CATEGORIES
TAGS