Terjadi “Perang” Harga antar Negara ASEAN

Loading

Masyarakat-Ekonomi-Asean

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Dalam menjual produk, saat ini sedang terjadi “perang” harga antar negara-negara ASEAN. Perang harga itu menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah sebagai akibat derasnya Indonesia mengimpor mesin dan peralatan listrik terutama peralatan elektronik di antaranya ponsel sejak Januari-April 2015.

Menurut Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang diikuti penurunan harga minyak dunia justru mendorong harga jual sejumlah produk dari negara ASEAN ‎semakin murah. Akhirnya terjadi persaingan atau perang harga.

Dijelaskan, kendati nilai dolar mengalami kenaikan, namun harga turun lebih tajam. Ada perang harga karena produksi perusahaan di negara-negara ASEAN sudah banyak, sehingga timbul persaingan.

Dari catatannya, impor mesin dan peralatan listrik pada Januari-April 2015 mengalami kenaikan 7,31 persen menjadi US$ 2,3 miliar dari periode yang sama 2014 sebesar US$ 2,19 miliar.

Sedangkan untuk April 2015, impornya turun menjadi US$ 497,8 juta dari realisasi US$ 500 juta di Maret lalu. Itu termasuk ponsel, televisi, karena ada perang harga sejak awal tahun lalu. Jadi ponsel yang tadinya dijual Rp 1 juta jadi Rp 500 ribu artinya yang semula cuma bisa beli satu, akhirnya bisa beli dua.

Analisa Sasmito, persaingan atau perang harga terjadi antar China atau Tiongkok, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, dan Malaysia karena produksi barang di negara tersebut berlimpah. China menjual barang yang kadang harganya tidak masuk akal. Harga yang harusnya Rp 2 juta, dijual Rp 700 ribu. Mungkin manfaatnya serupa, tapi soal kualitas tidak tahu.

Menurut Sasmito, impor paling dominan yang dikirim ke Indonesia adalah berupa ponsel. Ponsel tercatat masuk dalam kategori barang mesin dan peralatan listrik. (marto tobing)

CATEGORIES
TAGS