Tidak Pantas Kita Impor Singkong

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

SEMARANG, (TubasMedia.Com) – Bila ditinjau dari jenis tanah dan luas lahan dari Sabang sampai Merauke, yang relatif cocok ditanami singkong, mengapa negeri subur makmur ini harus mengimpor singkong dari Vietnam dan China. Bukankah mereka yang seharusnya mengimpor dari Indonesia?

Adakah yang salah, pemerintah dalam mengambil kebijakan atau petani singkong yang tidak tepat dalam berusahatani singkong? Hal ini menjadi pertanyaan H. Yahya Haryoko, SPd., pemilik 10 hektar lahan singkong di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, baru-baru ini.

Secara garis besarnya, katanya, singkong itu mudah ditanam disetiap jenis lahan baik dataran rendah maupun dataran tinggi, singkong pun tahan terhadap serangan penyakit. Usia panen antara 8 sampai 12 bulan, ketika harga singkong sedang kurang bagus maka panen bisa ditunda waktunya tanpa mengurangi mutu daripada singkong itu sendiri.

“Saya melihat dari sisi teknik bertanam singkonglah yang menyebabkan hasil produksinya tidak sebanding dengan permintaan pasar, sehingga para pengusaha tepung tapioka harus mendatangkan singkong dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pabriknya,” tutur Yahya di kantornya, baru-baru ini.

Selama ini, budidaya singkong dengan cara tradisional, hanya akan mampu menghasilkan 2 s/d 5 kg singkong saja per batangnya. Padahal, bila dilakukan intensifikasi maka sebatang pohon berasal dari bibit unggul Manggu dan Al Hidayah, dapat menghasilkan antara 10-25 kg singkong. Idealnya dalam luas lahan satu hektar dengan jarak tanam 1 x 1 m2, ada sekitar 10.000 pohon, maka singkong yang dipanen minimal 100 ton. Bila harga per kilogramnya sekitar Rp.1.300, maka akan diperoleh uang Rp.100 juta/per tahun setelah dikurangi ongkos produksi berupa pupuk dan tenaga kerja. (yon)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS