Tidak Perlu Sakit Hati

Loading

Oleh : Paramitha

Tidak perlu sakit hati jika engkau merasa bersih, tetapi disangka melakukan sesuatu kesalahan. Misalnya engkau segar bugar tetapi disangka sakit. Sebenarnya hanya orang yang mempunyai sangkaan itulah yang menderita sakit, maka tidak perlu kautanggapi apabila tidak perlu, karena nantinya dapat berlarut-larut dan akhirnya seolah-olah engkau benar-benar melakukan kesalahan. (Soenarto)

Ilustrasi

Ilustrasi

Sakit hati, merasa diremehkan, bahkan merasa difitnah sesungguhnya merupakan suatu perasaan manusiawi yang dapat dialami oleh siapa saja. Semua orang, termasuk seseorang yang telah merasa dewasa jiwanya, dapat berbuat agresif dengan menyalahkan orang lain; menyerang orang lain dengan suatu kemarahan yang jauh dari watak sabar. Dan perilaku ini mungkin masih akan terus berlanjut sepanjang jalan hidup ini.

Ketidaksabaran dan nafsu angkara murka yang jauh dari sifat bijaksana, dengan spontan melabrak dan mencerca kepada siapa saja yang dianggap menfitnah atau meremehkan, akan lebih semakin menjadi-jadi justru apabila fitnahan atau pelecehan itu datangnya dari orang dekat yang dipandang sebagai sahabat atau orang-orang terkasih.

Kemudian pada saat merenungi kejadian yang telah lalu, entah pada saat baru selesai sembahyang atau pada saat bangun pagi di mana benak masih belum banyak berisi macam-macam pikiran, muncul perasaan pilu di hati serta merasa kecil. Menyesali mengapa harus terjadi peristiwa yang menyakitkan itu. Baru di situ kemudian teringat keadilan Tuhan, dan muncullah setitik kesadaran yang jatuh menetes menyejukkan kalbu yang paling dalam: “Beruntunglah aku masih dicerca dan dihina oleh orang-orang yang dekat denganku. Jelas, aku telah mengabaikan berbagai peringatan Tuhan yang Maha Penyayang.”

Sesaat itulah kita kembali tegak tengadah untuk menghadapi kehidupan ini dengan tegar. “Terima kasih Tuhan, Engkau telah melimpahkan kasih-Mu lewat mereka yang menyayangiku.”

Memang, kita masih harus banyak belajar untuk tidak menyakiti hati orang lain dan tidak memendam kebencian kepada orang lain yang telah menyakiti hati kita. Tepat sekali kata orang bijak bahwa:
“Sesungguhnya bukan keadaan sekeliling kita yang menentukan dan membuat kita gembira atau duka, melainkan sikap dan tanggapan kita sendiri atas keadaan di sekeliling kita itu yang akan mewarnai perasaan kita. Watak itu kebiasaan reaksi dari manusia terhadap kejadian-kejadian di dunia luar.”

Akhirnya, semua berpulang kepada watak kita sendiri, bagaimana kita merespon dunia luar sekeliling kita: apakah masih dengan sifat kurang sabar, kurang rela, kurang narima dan kurang jujur? Respon kita atas suatu peristiwa akan mewarnai perasaan dan jiwa kita sendiri.

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS