Transformasi Indonesia

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

SUDAH terlalu banyak kita berteori, bertukar fikiran dan mendiskusikan berbagai hal. Apakah itu politik dan keamanan, ekonomi dan kesejahteraan sosial ataupun kebudayaan maupun bidang-bidang lain. Dari berbagai wawasan yang berkembang, nyaris tidak ada yang tidak menghendaki agar Indonesia tetap utuh sebagai NKRI.

Semua menghendaki agar bangsa dan negara ini lebih maju, hidup lebih baik. Menjadi lebih maju dan menjadi lebih baik adalah proses jangka panjang yang tidak instan. Transformasi Indonesia untuk mencapai tujuan yang seperti itu juga butuh kesepakatan dan mufakat bersama kalau bangsa dan negara masih mengakui Pancasila dan UUD 1945 adalah acuan utamanya sebagai penuntun dan pemandu.

Opini ini ingin mengatakan transformasi Indonesia yang mau kita tuju atau akan kita jalani bersama masih banyak mengandung bias dalam prosesnya karena adanya berbagai situasi dan keadaan yang berpengaruh, baik dari dalam maupun dari luar. Bias yang paling mendasar dan fondamental terjadi pada ranah idiologi bangsa dan negara yang seakan mengesankan bahwa Indonesia memiliki dan menganut idiologi lain di luar Pancasila yang justru dewasa ini memberi pengaruh besar dalam menjalankan proses transformasi Indonesia.

De jure, bangsa dan negara ini mengakui Pancasila adalah satu-satunya idiologi negara. Namun de-facto, bangsa dan negara ini sudah tunduk dan patuh kepada idiologi barat yang liberal. Hasilnya sangat nyata akibat kita dibenturkan dengan idiologi yang bersifat liberal ini, antara lain adalah bentuk demokrasinya liberal, sistem ekonomi yang dianutnya juga liberal.

Nilai budaya nasional yang sangat beragam dibiarkan punah di telan zaman akibat pengaruh sistem berbangsa dan bernegara yang secara de facto mengadopsi sistem yang bersifat liberal. Bangsa ini kelihatannya tidak berhasil melakukan proses pembelajaran yang berkelanjutan dalam memanajemeni kehidupan berbangsa dan bernegara di sektor apapun sejak zaman penjajahan.

Transformasi Indonesia yang sedang berproses ini, terutama sejak reformasi tahun 1998 sepertinya bangsa dan negara ini terbius habis-habis tentang idiologi liberal yang dipompakan oleh invisible hand yang bekerja dari luar maupun dari dalam. Efoporianya sangat vulgar. Secara formal dapat melahirkan sistem politik yang demokratis, tapi secara pragmatis terjadi sekte-sekte politik yang secara idiologis tidak kuat dan sekedar mengikuti arah angin.

Akibatnya proses transformasi Indonesia, (untuk ke dalam) menjadi bangsa yang kuat, maju, beridiologi dan berbudaya nasional; dan (keluar) menjadi bangsa dan negara yang bersaing dan dapat berdiri sejajar dengan bangsa lain menjadi terhambat, ongkosnya terlalu mahal dan resiko sosialnya yang terjadi juga beragam.

Sepakat bahwa transformasi Indonesia harus dijalankan agar struktur kehidupan masyarakatnya berubah ke arah yang lebih maju dan mandiri,tetapi caranya bagaimana, nampaknya belum ada kesepakatan. Akibatnya proses transformasi Indonesia yang sedang kita jalankan selalu diwarnai oleh turbulensi dan tsunami-tsunami kecil yang terus berlangsung nyaris tanpa jeda.

Infrastruktur sosial sudah keburu rusak. ekonomi tumbuh tapi seperti digerakkan oleh autopilot dan law and order tidak kunjung dapat dilaksanakan secara taat azas. Yang paling hakiki, proses transformasi Indonesia harus terus tetap berjalan dan harus dikerjakan dengan sungguh-sunguh oleh rezim manapun yang berkuasa. Akan menjadi lebih mantap bila proses tranformasi Indonesia setelah ada pergantian rezim baru sebaiknya tidak dimulai dari nol lagi. Menjadi lebih baik, bila visi dan misinya sebagai bangsa dan negara yang sesuai dengan idiologi Pancasila disepakati dan dimufakati dalam forum MPR dengan mengikutsertakan wakil dari berbagai kelompok masyarakat.

Sedangkan kebijakan dan progamnya diserahkan kepada pemerintah dan DPR untuk merumuskan dan melaksanakannya. Sekarang ini MPR mati suri dan terkesan “menganggur”. Sebagai pencetus 4 pilar kebangsaan, MPR sebaiknya patut diberi peran tambahan untuk merumuskannya ke dalam sebuah konsep visi dan misi bangsa dan negara dalam satu kesatuan yang utuh sebagai panduan untuk melakukan transformasi Indonesia,yang mendasarkan pada semangat ke-Indonesia-an yang hakiki.

Sepuluh tahun terakhir bangsa ini sudah banyak mendapatkan pelajaran berharga tentang jalannya proses transformasi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden SBY. Dinamikanya begitu rupa, riak gelombangnya tidak kecil, hasilnya ada yang baik dan ada pula yang belum baik. Ke depan harus ada perubahan ke arah yang baik, solid dan lebih paripurna. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS