Tulisan di Atas Pasir

Loading

Oleh: Budi R

Ilustrasi

DI pesisir sebuah pantai, tampak dua anak sedang berlari-larian, bercanda, dan bermain dengan riang gembira. Tiba-tiba, terdengar pertengkaran sengit di antara mereka. Salah seorang anak yang bertubuh lebih besar memukul temannya sehingga wajahnya menjadi biru lebam. Anak yang dipukul seketika diam terpaku. Lalu, dengan mata berkaca-kaca dan raut muka marah menahan sakit, tanpa berbicara sepatah kata pun, dia menulis dengan sebatang tongkat di atas pasir: “Hari ini temanku telah memukul aku!!!”

Teman yang lebih besar merasa tidak enak, tersipu malu tetapi tidak pula berkata apa-apa. Setelah berdiam-diaman beberapa saat, ya, dasar-anak-anak, mereka segera kembali bermain bersama. Saat lari berkejaran, karena tidak berhati-hati, tiba-tiba anak yang dipukul tadi terjerumus ke dalam lubang perangkap yang dipakai menangkap binatang. “Aduh… tolong…tolong!” ia berteriak kaget meminta tolong. Temannya segera menengok ke dalam lubang dan berseru, “Teman, apakah engkau terluka? Jangan takut, tunggu sebentar, aku akan segera mencari tali untuk menolongmu.” Bergegas anak itu berlari mencari tali. Saat dia kembali, dia berteriak lagi menenangkan sambil mengikatkan tali ke sebatang pohon.

“Teman, aku sudah datang! Talinya akan kuikat ke pohon, sisanya akan kulemparkan ke kamu. Tangkap dan ikatkan dipinggangmu, pegang erat-erat, aku akan menarikmu keluar dari lubang.”

Dengan susah payah, akhirnya teman kecil itu pun berhasil dikeluarkan dari lubang dengan selamat. Sekali lagi, dengan mata berkaca-kaca, dia berkata, “Terima kasih, sobat!” Kemudian, dia bergegas berlari mencari sebuah batu karang dan berusaha menulis di atas batu itu, “Hari ini, temanku telah menyelamatkan diriku”

Temannya yang diam-diam mengikuti dari belakang bertanya keheranan, “Mengapa setelah aku memukulmu, kamu menulis di atas pasir dan setelah aku menyelamatkanmu, kamu menulis di atas batu?” Anak yang di pukul itu menjawab dengan sabar, “Setelah kamu memukul, aku menulis di atas pasir karena kemarahan dan kebencianku terhadap perbuatan buruk yang kamu perbuat, ingin segera aku hapus, seperti tulisan di atas pasir yang akan segera terhapus bersama tiupan angin dan sapuan ombak.”

”Tapi, ketika kamu menyelamatkan aku, aku menulis di atas batu, karena perbuatan baikmu itu pantas dikenang dan akan terpatri selamanya di dalam hatiku, sekali lagi, terima kasih sobat.”

Hidup dengan memikul beban kebencian, kemarahan dan dendam serta rasa kecewa, sungguh melelahkan. Apalagi apabila orang yang kita benci itu tidak sengaja melakukan bahkan mungkin tidak pernah tahu bahwa dia telah menyakiti hati kita, sungguh ketidakbahagiaan yang sia-sia.

Memang benar, apabila setiap kesalahan orang kepada kita, kita tuliskan di atas pasir, bahkan di udara, segera berlalu bersama tiupan angin, sehingga kita tidak perlu kehilangan setiap kesempatan untuk berbahagia. Sebaliknya, tidak melupakan orang yang pernah menolong kita, seperti tulisan yang terukir di batu karang. Yang tidak akan pernah hilang untuk kita kenang selamanya.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai, baik itu di dalam pergaulan kantor, di rumah, di organisasi atau di komunitas yang lain, kadang kita merasa sakit hati, jengkel tersinggung dan marah serta kecewa karena ada teman atau orang lain yang telah berbuat kesalahan atau menyakiti hati kita, sehingga akhirnya kita menaruh dendam dan benci berkepanjangan pada mereka, dan tentu hubungan dengan mereka menjadi tidak nyaman lagi, yang pada gilirannya kita menutup mata dengan semua bentuk kebaikannya dan yang ada hanya keburukan yang terlihat. Sungguh sesuatu yang sangat mengganggu rasa kebahagiaan dan sia-sia.

Kita perlu meraih perdamaian, keadilan dan kasih sayang. Dengan berbagai peran hidup, kita harus melaksanakan tugas dunia ini untuk kita persembahkan kepada Tuhan. Jika, seseorang pasrah kepada Tuhan dan menjadi hamba-Nya, maka Tuhan akan memberi kekuatan dalam diri orang yang bersangkutan, dan pancaran kasih sayang Tuhan akan muncul dari orang tersebut. Oleh karenanya, jika seseorang melakukan kebaikan kepada kita, kita pun harus melakukan hal yang sama. Tetapi jika seseorang melakukan sesuatu yang buruk, segeralah untuk melupakannya dan jangan sekali-kali melakukan sesuatu yang buruk sebagai balasan.

Sudah siapkah kita untuk tidak menyimpan dendam dan rasa kecewa pada seseorang yang telah menyakiti kita? Mari kita belajar memaafkan dan selalu berterimakasih ketika mendapat kebaikan sekecil apa pun. ***

penulis tinggal di Surabaya

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS