Uji Kemampuan Baca Al-Qur’an

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JEPARA, (Tubas) – Sehari sebelum pengantin sunat diarak, dia harus mengikuti acara khataman Al-Qur’an. Yakni membaca Al-Qur’an 30 juz dengan baik dan benar. Para ustad dan kyai hadir di sana. Teman mengaji sepondok pun diundang. Prosesi ini menuntut anak membaca Al-Qur’an dengan tartil dan tajwid yang benar.

Jika ada kesalahan dalam membaca, di situ pula langsung dibetulkan oleh teman atau ustadnya. Pendeknya, itu adalah semacam uji kemampuan membaca Al-Qur’an, sebelum anak lelaki disunat. Demikian secuil dunia anak di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Karimunjawa adalah kepulauan berjarak 90 km dari Jepara atau 8 jam perjalanan ditempuh dengan kapal laut. Data di kantor kecamatan, tahun 2011 berpenduduk hampir 11 ribu jiwa. Aktivitas keseharian anak-anak terasa sangat religius. Bangun tidur, Sholat Subuh, mengaji di pondok kurang lebih sampai jam enam pagi.

Yang menarik di sini adalah tradisi khitan yang meriah dan unik. Selesai khitanan, anak yang akan dikhitan harus diarak keliling kampung oleh kerabat, tetangga dan masyarakat. Anak didandani layaknya pengantin diiring dengan rebana, drum band dan hiasan kembang manggar. Sarana yang dipakai arak-arakan berbentuk replika binatang atau kereta bambu dan kertas semen mirip ogoh-ogoh di Pulau Bali. Dibarengi dengan bacaan Al-Fatihah dan Sholawat Nabi, arak-arakan berjalan menelusuri rute sepanjang kota.

Kemeriahan pun terjadi ketika pengantin sunat mulai menaburkan udik-udikan. Mungkin nilai uangnya tidak seberapa. Kepuasan mendapat uang receh pengantin sunat adalah kebanggaan tersendiri bagi mereka yang menonton prosesi ini. Lebih-lebih anak-anak, mereka percaya jika mendapat banyak uang receh, maka pada saat dikhitan nanti, Allah akan memberi keselamatan dan rezeki yang melimpah. Itulah dunia anak-anak, dunia yang selalu riang dan menggembirakan. (bambang sutiyono)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS