Usaha Galangan Kapal Nasional Menunggu Sinyal Investor Asing

Loading

Laporan: Redaksi

Tjahjono Roesdianto

Tjahjono Roesdianto

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Pelaku usaha galangan kapal nasional masih menunggu sinyal dari investor asing yang siap menanamkan investasinya di sektor industri komponen kapal, kata Tjahjono Roesdianto, Ketua Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai (Iperindo). “Belum adanya sinyal investor disebabkan oleh belum adanya daya tarik investasi di Indonesia seperti pemberian insentif berupa tax holiday, mengingat investasi di bidang kapal tidak sedikit jumlahnya” jelasnya, di Jakara, pekan lalu.

Menurut Tjahjono kondisi sekarang sudah mulai membaik karena adanya kepercayaan konsumen pelayaran nasional seperti pemerintah, BUMN dan swasta. Mungkin beberapa investor saat ini sedang memperhatikan potensi dan bagaimana daya tariknya.

Pertumbuhan industri galangan kapal nasional saat ini cukup meningkat tapi belum sesuai yang diharapkan. Salah satunya disebabkan oleh konsumen yang kurang memperhatikan produk dalam negeri dan cenderung membeli produk dari luar.

“Indikasinya bukan mereka (pembeli) tidak percaya, tapi mereka bisa membeli di luar negeri dan bisa datang langsung ke sana. Mungkin mereka belum kenal, padahal kalau mereka mau pesan kapal, kami bisa membuat list industri-industri yang sudah ada di dalam negeri, ujarnya.

Sebelumnya, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi megatakan Indonesia butuh investasi Rp 10 triliun untuk membangun industri komponen kapal hingga 2014. Pembangunan industri komponen galangan kapal ini setidaknya bisa menekan biaya impor agar industri galangan kapal nasional lebih mandiri.

Komitmen

Tiga kapal pengangkut minyak olahan senilai US $ 47 juta yang dipesan PT Pertamina (Persero) segera diserah terimakan akhir September dan Oktober 2013. Kapal tersebut dipesan sejak dua tahun lalu dari perusahaan galangan kapal nasional.

M. Irfan, Asisten Manager Ship Building Support, Marketing & Trading – Shipping PT Pertamina (Persero), mengatakan pembelian kapal buatan dalam negeri tersebut merupakan bentuk komitmen Pertamina untuk mendorong industri galangan kapal nasional.

“Kami selalu menggandeng produk lokal untuk peralatan kapal di antaranya achor atau mooring equipment dari PT Pindad, sistem listrik kapal dari PT Schneider Indonesia, dan lainnya,” ujarnya, Minggu.

Tiga kapal tersebut di antaranya yakni MT. Merauke berkapasitas 3.500 DWT seharga US$11 juta di galangan PT Dumas Surabaya, dan MT Kasim berkapasitas 6.500 DWT seharga US$12 juta di galangan PT DPS Surabaya, serta kapal MT Pagerungan berkapasitas 17.500 DWT seharga US$24 juta dari PT PAL Indonesia. “Semuanya akan difungsikan untuk angkutan white product atau minyak olahan seperti premium dan solar, kata Irfan.

Namun, Irfan mengakui pembelian kapal produk nasional sedikit lebih mahal antara US$2 juta hingga US$3 juta. Dia menyontohkan kapal berkapasitas 17.500 DWT buatan China bisa dibeli dengan harga US$20, tetapi di Indonesia harganya lebih dari itu.

Pemerintah di China cukup kuat terhadap industri galangan kapalnya dengan memberikan insentif untuk perawatan kapal dan equipment.Selain itu di China juga banyak industri manufaktur sehingga lebih mudah memperoleh komponen-komponen kapalnya. (red/sis)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS