Usaha Kecil Serap Banyak Tenaga Kerja

Loading

Laporan: Enderson Tambunan

Dra Euis Saedah, MSc

JAKARTA, (Tubas) – Pendirian Pusat Usaha Kecil dan Menengah atau UKM Center tegah dibahas oleh berbagai pihak di Jakarta. Nantinya, UKM Center akan menjadi badan yang melayani kepentingan UKM secara menyeluruh dan terpadu. Gagasan pembentukan UKM Center tidak terlepas dari kenyataan bahwa usaha/industri kecil dan menengah punya peranan besar dalam menyerap tenaga kerja serta menggerakkan perekonomian rakyat.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Dra Euis Saedah, MSc mengemukakan kepada di Tim Redaksi tubasmedia di ruang kerjanya. Rabu (9/2), UKM Center yang masih dibahas itu akan menjadi tempat pelayanan secara terpadu usaha kecil dan menengah. Diharapkan, kebutuhan UKM, mulai dari bantuan permodalan, pelatihan SDM, pemasaran, hingga informasi dapat diperoleh dari badan itu.

Ia mengatakan, membina usaha kecil tak cukup lagi hanya sampai pelatihan atau pemberian bantuan peralatan. Tapi, dilanjutkan dengan pendampingan sampai yang dibina itu produktif. Dengan demikian, pembinaan berkelanjutan dan sasaran, yakni, munculnya wirausahawan baru, tercapai.

Seperti apa struktur organisasinya, nanti, menurut Dirjen IKM, masih dibahas. Tapi, rancangannya, UKM Center tidak hanya berlokasi di ibu kota negara atau Jakarta, tapi juga di ibu kota provinsi. Dengan demikian, badan tersebut dekat dengan UKM. Pusatnya di Jakarta, tapi pelayanannya di wilayah.

”Semua yang terkait dengan badan tersebut masih dibahas. Tapi, diharapkan dapat dibentuk dalam waktu tidak lama lagi,” katanya.

Dirjen Euis Saedah mengatakan, pengembangan dan pembinaan usaha kecil mesti ditingkatkan mengingat perannya begitu penting dalam aktivitas perekonomian, belakangan ini. Yang perlu dijaga adalah kebutuhan bahan baku bagi usaha yang bergerak di bidang pengolahan jangan sampai terganggu.

Sebagai contoh, Euis Saedah menyebutkan kebutuhan kedelai untuk perajin tempe. Belakangan ini, para perajin tempe mengeluhkan naiknya harga kedelai, sementara harga jual tak mungkin dinaikkan. Masalahnya, kebutuhan akan kedelai kita masih bergantung pada impor. Ini yang harus dipecahkan oleh pihak-pihak terkait.

Idealnya, kebutuhan kedelai dipasok langsung dari dalam negeri. Oleh karena itu, pertanian kedelai, yang mutunya dapat menyaingi kedelai impor, harus dikembangkan. Kalau tidak, ketergantungan pada kedelai impor akan tetap menjadi keluhan para perajin. Media massa terbitan Jakarta, belakangan ini, sering memberitakan masalah yang dihadapi oleh perajin tempe berkaitan dengan persoalan bahan baku. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS