USB Gelar Dialog Pembinaan Lingkungan Sosial

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

SURAKARTA, (Tubas) – Biro Kemahasiswaan Universitas Setia Budi (USB) Surakarta, baru-baru ini, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Nasional Jawa Tengah menggelar dialog interaktif dengan tema “Sosialisasi Bahaya Penularan Penyakit HIV/AIDS dan Pencegahannya”. Dialog yang diselenggarakan di kampus USB itu diikuti dosen, karyawan dan mahasiswa.

Pada dialog itu diungkapkan penyakit HIV/AIDS pertama kali terdapat pada monyet. Kemudian virus ini pun tertular pada manusia lewat gigitan. Pertama kali ditemukan di kawasan benua Afrika yang kemudian menyebar ke negara-negara di benua Amerika. Pasangan homoseksual Afro-Amerika yang teridentifikasi pertama kali terkena penyakit itu.

Pada virus HIV terdapat glycoprotein yang cocok dengan reseptor limfosit CD4 dalam tubuh manusia. Limfosit mempunyai peran dalam sistem kekebalan tubuh pada manusia. Dengan menempelnya virus HIV pada limfosit, maka virus HIV akan menggunakan DNA hospes untuk melakukan replikasi. Dapat dipastikan sistem kekebalan tubuh yang menjadi “penjaga” akan melemah sehingga penderita HIV/AIDS mudah sekali terserang penyakit.

“Pada orang normal dan penderita HIV tidak ada perbedaan gejala saat keduanya menderita sakit yang sama, namun jika sudah sampai pada tahap AIDS, penderita AIDS akan menunjukkan penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga jika terkena penyakit yang ringan sekalipun tidak kunjung sembuh,” ungkap dr. Ratih Puspita Febrinasari, M.Si pada dialog itu.

Seringkali penyakit HIV/AIDS timbul tanpa gejala, atau timbul gejala setelah selang waktu yang lama yakni 5-10 tahun setelah terjadi infeksi. Gejala ini dapat terlihat dari penurunan berat badan yang sangat drastis dalam waktu tiga bulan, demam dengan suhu tubuh 38 derajat celcius, diare yang tidak sembuh-sembuh dan luka yang juga sulit sembuh.

Penularan HIV/AIDS tidak hanya lewat hubungan seksual tapi juga cairan tubuh penderita terutama darah. Bagi ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS dapat menularkan pada bayinya, sehingga untuk meminimalisir dapat dilakukan dengan jalan melakukan operasi saat melahirkan dan tidak diperkenankan untuk menyusui bayinya.

Untuk mencegah kemungkinan tertular penyakit ini, sangat erat hubungannya dengan membudayakan hidup sehat. Pembangunan karakter pada anak, akan menjadi pondasi yang kuat agar anak-anak tidak terjerumus pada pergaulan yang tidak sehat. “Kebiasaan yang baik akan menimbulkan karakter yang baik pula,” kata Narimo ST, MM.

Penyalahgunaan narkoba dan seks bebas adalah sebagian kecil “pintu gerbang” penularan HIV/AIDS. Saat ini yang menjadi korban tidak hanya masyarakat dewasa tapi sudah merambah pada anak-anak. Yayasan “Kakak” merupakan wadah pendampingan bagi anak korban eksploitasi dan HIV/AIDS. Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual dan HIV/AIDS akan didampingi, dididik dan diarahkan agar mereka tidak menularkan penyakit HIV/AIDS kepada orang lain dan tidak ada seks yang sehat untuk anak-anak di bawah umur.

Selain itu mereka juga dimotivasi agar tetap mempunyai cita-cita dan meraih masa depan yang lebih baik. “Harapannya dengan adanya sosialisasi semacam ini, kaum muda khususnya mahasiswa mempunyai kepedulian terhadap anak-anak korban eksploitasi seksual dan HIV/AIDS sehingga mereka bisa mendapatkan peran walau sekecil apapun,” jelas Ny. Shoim Sahriyati dari Yayasan “Kakak”. (robet/chaterina)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS