Virus Itu Namanya Kebohongan

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

KEBOHONGAN akhir-akhir ini mewabah ke hampir seluruh kehidupan manusia di negeri ini, dari yang paling kaya sampai yang paling miskin, dari yang paling pandai sampai yang tidak pandai, dari kelompok elit yang terpandang, terhormat sampai yang bukan elit artinya orang-orang biasa saja. Virus ini sangat ganas dan mematikan dan untuk melawannya membutuhkan virus kebaikan yang saat ini juga hidup di tengah-tengah kehidupan kita.

Jumlahnya virus kebaikan ini juga banyak, tapi entah kenapa tidak bisa membunuh virus ganas yang bernama kebohongan. Barangkali kecepatan merusak virus kebohongan ini bak tujuh kali kecepatan pesawat supersonik yang mungkin belum ada jenisnya di dunia. Kita berharap sebagai manusia yang beradab menghadapi fenomena mewabahnya virus kebohongan ini cepat berlalu karena dampaknya sangat destruktif bagi kehidupan sejak di dalam kandungan sang bunda sampai lahir menjadi bayi, tumbuh menjadi anak sampai dewasa dan kemudian begitu ajal menjemput dia akan mati.

Di saat mati itulah tak ada satupun harta benda yang dibawanya ke liang lahat kecuali amal kebaikannya. Tatkala dia masih hidup, bukan kebohongannya yang dibawa mati. Maaf-maaf saat ajalnya datang orang yang sepanjang hidupnya hampir tidak pernah melakukan perbuatan yang baik seringkali pada saat sakratulmaut seperti orang sedang menghadapi kesulitan untuk menerima kematian.Tapi karena kebesaran Tuhan yang maha pengampun, Dia masih membuka pintu tobatnya kepada orang-orang yang demikian.

Pertanyaannya kenapa virus kebohongan itu mewabah dan wajib diberantas dan dibumihanguskan dalam kehidupan manusia. Beberapa catatan berikut bisa kita jadikan perenungan bersama agar diri kita tidak terserang virus kebohongan. Pertama, kebohongan adalah ahlak yang buruk dan bukan ahlak yang baik, karena itu harus kita jauhi dan tinggalkan dalam kehidupan kita bersama.

Kehidupan itu sendiri adalah sebuah investasi jangka panjang yang return on investment-nya kita harapkan berwujud kebaikan dalam kehidupan itu sendiri sebagai intangible asset yang nilainya tak terhingga. Kedua, dampak destruktif dari investasi di bidang kebohongan adalah merusak moralitas generasi. Sekali kita menanamkan investasi kebohongan maka returnya adalah rusaknya kepribadian, munculnya kemunafikan dan ujungnya loss generation dan susah mencari obat penawarnya.

Ketiga, virus kebohongan merupakan ciri dari sikap dan gaya hidup orang yang orientasi hidupnya mendewakan kebendaan, kekuasaan dan keangkuhan serta takut atas bayang-bayangnya sendiri yang sejatinya dia sadar bahwa demi kekuasaan, demi harta karun adalah hasil dari perilaku kebohongan. Mudah-mudahan mereka yang seringkali berbohong itu tidak sedang memandang hidup di dunia ini hanya sekali dan oleh karena itu bolehlah sesekali berbohong dan melakukan tipu menipu.

Hidup di dunia yang hanya sekali ini sebagai orang yang beriman dan berahlak baik harus dimaknai sebagai upaya investasi untuk menghasilkan kebaikan demi kebaikan yang arus utamanya adalah kejujuran sebagai way of life, sebagai doktrin dan falsafah hidupnya sepanjang masa. Inilah sekilas pandang tentang pentingnya bagi kita untuk melawan arus kebohongan yang virusnya sangat mematikan.

Gerakkan otak kiri dan kanan kita agar hidup menjadi lebih seimbang (spiritual dan material) sekaligus dapat membunuh virus kebohongan yang sangat ganas itu. Belajarlah hidup bersahaja, raih kekuasaan dengan cara yang jujur, berikan pendidikan yang benar tentang ahlak dan budi pekerti kepada anak-anak kita (pendidikan yang tidak hanya berorientasi kepada hasil tetapi lebih ditekankan juga orientasi proses).

Contoh paling gres adalah kasus nyontek berjamaah yang terjadi di salah satu SD di Surabaya yang modusnya output yaitu kelulusan anak didiknya demi gengsi kerakusan kepala sekolahnya.

Manakala seorang ibu dari salah satu anak didik secara jujur mengungkap peristwa tersebut malah dimusuhi. Ini berarti kejujuran itu adalah sikap atau pandangan hidup yang dianggap keliru harus dilawan atau dimusuhi. Semoga tidak demikian dan mudah-mudahan tidak menjadi preseden buruk. Akhirnya sebagai sebuah asa, kita hanya bisa berharap semoga negeri ini tidak menjadi lahan yang subur bagi berkembang biaknya bakteri dan virus kebohongan, yang kita harapkan dari hidup di negeri adalah berkecambahnya bibit-bibit kejujuran dan kebaikan agar rasa saling percaya, saling menghormati dan saling bersaudara terpupuk dengan subur yang pada akhirnya akan melahirkan kader-kader muda yang berkualitas untuk memimpin negeri ini.

Para generasi penerus hanya mengharapkan satu warisan yaitu pendidikan yang bisa membawa diri seseorang dapat bersikap jujur disepanjang hidupnya karena yang akan dibawa mati adalah bukan dolar, bukan rupiah, bukan pula rumah megah dan kekuasaan, tetapi adalah amal kebaikannya sepanjang hayat yang akan dipertanggungjawabkan kepada Sang Khalik. Doa kita semua adalah bahwa kita akan mengakhiri hidup ini dengan chusnul chotimah sebagai bekal hidup kita sesudah mati. Jauhkan dan matikan KEBOHONGAN, Muliakan KEJUJURAN. ***

CATEGORIES
TAGS