Warna Apapun Dapat Dioplos

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

KITA mengenal warna dasar, bisa putih, merah, biru, kuning, hijau atau warna lain. Masing-masing warna juga memiliki karakter sendiri-sendiri, misalnya putih bisa dianggap bersih dan suci. Merah perlambang berani, biru dan hijau lambang ramah lingkungan.

Namun warna apapun dapat dioplos, tergantung kreatifitas dan selera masing-masing untuk menghasilkan warna baru yang lebih indah dan menawan. Warna-warni menggambarkan keanekaan dan keberagaman dan ketika dia berpadu secara harmonis akan melahirkan sebuah pelangi yang indah, menawan dan menakjubkan.

Begitu bersahabatnya mereka tanpa ada egoisme yang tergambarkan kecuali sebuah harmoni. Itu yang bersifat natural sampai sebuah dendang lagu ‘’pelangi-pelangi alangkah indahmu…,” menjadi idola anak-anak yang secara sadar, liriknya dirancang sedemikian rupa yang memberikan nilai pendidikan.

Tuhan sang pencipta alam seisinya menciptakan keindahan warna begitu rupa sekalligus memberikan inspirasi bahwa perbedaan itu indah. Perbedaan yang alamiah kalau terpimpin dengan penuh keagungan dan keharmonisan, akan melahirkan sebuah kekuatan yang bisa menjadi sumber energi bagi kehidupan.

Bagaiamana kalau warna-warna dasar yang indah itu dioplos satu sama lain dengan tujuan agar dapat melahirkan postur warna baru yang juga bisa indah dan menawan ? Tentu hal ini tidak dilarang, bahkan sangat dianjurkan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan inspirasi dan motivasi untuk melakukan proses kreatif yang bersifat inovatif.

Warna biru bisa dioplos dengan warna kuning, hijau dan merah atau minimal kombinasi diantara dua warna untuk melahirkan warna baru yang dikehendaki penciptanya. Yang pasti, tujuannya untuk menghasilkan warna yang indah dari yang sebelumnya telah kita lihat sehari- hari.

Bereksperiman memang sangat dianjurkan oleh Tuhan agar manusia berdasarkan akal dan nalarnya yang sehat, dapat menciptakan hal-hal baru dan berguna bagi kehidupan manusia, yang dikarunia kemampuan cipta, karsa dan rasa.

Dalam konteks kepemimpinan, kapasitas dan kemampuan, seorang pemimpin harus memiliki karakter untuk sanggup membuat harmoni seperti harmoninya sebuah pelangi tanpa ada satupun dari masing-masing merasa lebih baik, lebih hebat, lebih pintar dan sebagainya.

Pada situasi yang berbeda ketika dinamika kehidupan itu mengalami perubahan dan pergeseran, maka dengan semangat dan kemampuan kreatif yang inovatif, sosok seorang pemimpin harus bisa melakukan terobosan untuk dapat merespon kedaan yang sedang mengalami perubahan.

Menjadi syarat mutlak bagi para pemimpin atau calon pemimpin di tingkat daerah, nasional, regional maupun global di masa mendatang, harus memiliki kemampuan memadukan seluruh unsur warna dalam satu kekuatan untuk melakukan perubahan yang bermanfaat bagi kehidupan.

Di sisi yang lain juga dituntut dengan kemampuan yang dimilikinya agar dapat melakukan oplosing sumber daya untuk semakin membuat solid kekuatan yang sudah ada sebelumnya untuk menjadikan kehidupan bertambah baik dan makin berkualitas.

Ini tantangan yang harus bisa dijawab dalam kaitan dengan persoalan kepemimpinan. Dalam konteks keindonesiaan yang pada tahun 2014 akan terjadi suksesi kepemimpinan nasional, maka hal yang berat menjadi beban pemimpinan nasional dan juga pemimpin daerah adalah kemampuannya untuk bisa menjalin kebinekaan bangsa ini menghasilkan kekuatan yang sumber utamanya membuat harmonisasi diantara perbedaan yang ada, baik berbeda karena kultur maupun berbeda karena Indonesia mengakui adanya multi partai.

Di pihak lain, calon pemimpin itu juga harus mampu menciptakan kultur baru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan mengandalkan kemampuannya untuk melakukan oplosing sumber daya dengan warna dan nuansa baru yang bisa meredam terjadinya ego sektoral tanpa harus menghilangkan warna dasar yang sudah ada sebelumnya, baik itu budaya lokal maupun adat istiadat.

Tapi bisa melahirkan semangat nasionalisme dan patriotisme baru untuk mengisi ruang yang masih ada dalam kehidupan yang makin mengglobal. Dengan model pendekatan yang seperti itu, mau tidak mau pemimpin Indonesia tahun 2014 harus punya kemampuan sebagai organisator yang handal, konsolidator yang brilian dan kreator yang inovatif membawa bangsa ini lebih berjaya di percaturan internasional.

Syaratnya hanya satu, yakni proses oplosing tadi adalah bentuk perwujudan konsensus nasional Indonesia baru, yang tetap menjunjung tinggi Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa, UUD 1945 sebagai landasan konstitusionalnya untuk membawa Indonesia yang lebih sejahtera, adil dan makmur. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS