Yang Abadi Kepentingan

Loading

OLeh: Sabar Hutasoit

ilustrasi

ilustrasi

MEMANG teramat benar rumors yang mengatakan bahwa di dunia politik yang abadi itu hanya kepentingan. Artinya, undang-undang dan hukum yang kita hormati sekalipun, bisa saja dibelokkan jika tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki atau dimaui oleh para akrobat politik yang sedang manggung di panggung politik.

Maka itu pula sering didengungkan oleh para akrobat politik bahwa keputusan politik bisa berubah dalam hitungan detik. Detik ini putusannya A, detik berikut bisa berubah menjadi B atau C dan seterusnya. Yang penting memenuhi selera panggung politik.

Tidak peduli apakah bertentangan dengan hati nurani rakyat atau tidak ada kaitan putusan itu dengan kebutuhan rakyat atau lebih ekstrim lagi, bertentangan dengan hukum dan undang-undang, itu masa bodoh. Sekali lagi yan terpenting sesuai dengan selera panggung politik. Atau lebih ganas lagi, membela yang bayar.

Adalah guru besar Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Amie Rais mengatakan kalau Gubernur DKI Jokowi tidak bisa meninggalkan kursi kegubernurannya dengan alasan, saat disumpah, Jokowi dalam sumpahnya mengatakan dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta selama lima tahun.

Artinya, kata Amien Rais, Jokowi secara etika sumpah tersebut harus dipenuhi Jokowi selama lima tahun. “Apalagi saat di sumpah ada mushaf al-Quran dan mengatakan “demi Allah” itu tidak main-main,” begitu Amien mengingatkan.

Jika kita telaah apa yang diingatkan Amien Rais bahwa seluruhnya pejabat di negeri ini, mulai dari Ketua RT sampai Presiden,bahkan di DPR dan lembaga-lembaga lainnya di jajaran pemerintahan, sumpahnya tidak beda dengan sumpah yang diucapkan Jokowi saat dilantik.

Nah, apakah yang diingatkan Amien itu berlaku kepada semuanya ? Apakah hanya berlaku kepada Jokowi? Kalau berlaku untuk semuanya, gimana dong jika di pertengahanm jalan sang pejabat yang bersumpah untuk lima tahun itu melakukan kesalahan, apakah bisa diganti atau harus diselesaikan selama lima tahun.

Itu jika terjadi kesalahan. Jika sebaliknya terjadi hal-hal positif menjadi naik jabatan misalnya padahal baru dua atu tiga tahun menduduki jabatan awal, apakah itu bisa dinaikkan padahal belum selesai lima tahun?

Di negeri kita yang kita cintai ini, tidak sedikit pejabat yang dialihtugaskan ke bidang lain kendati baru berjalan satu atau dua tahun tapi tidak pernah dipersoalkan. Kenapa baru sekarang Amien mempersoalkannya? Atau apakah ada tertulis dalam undang-undang atau aturan main bahwa seluruh pejabat tidak boleh diganti di tengah jalan? Tapi kenapa Amien menyebutkan Jokowi harus menuntaskan kerjanya di Jakarta selama lima tahun.

Pernyataan Amien Rais yang pernah dikenal sebagai tokoh reformasi mengundang banyak tanya di kalangan orang awam. Kenapa sih sang professor satu ini akhir-akhir ini getol mengomentari Jokowi yang diinginkan hampir seluruh rakyat Indonesia untuk tampil menjadi presiden mendatang?

Atau bisakah dikatakan, saat menggulingkan Soeharto, dirinya sangat terlibat, Amien melanggar sumpah yang diucapkan Soeharto saat itu seperti sekarang diingatkannya kepada Jokowi.

Tapi itulah politik. Kata orang-orang politik itu sebenarnya tidak jujur bahkan tidak fair sebab segala apa yang diucapkan para akrobat politik, lebih banyak kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok ketimbang kepentingan nasional.

Kepentingan rakyat itu hanya bisa kita lihat dan kita dengar saat-saat kampanye atau saat berkunjung ke lokasi sebelumnya dirinya terpilih. Adalah yang menggendong anak kecil yang ingusan atau memeluk orang tua renta yang sedang sakit. Itu dilakukan hanya membujuk hati rakyat. Setelah terpilih, semuanya jadi omong kosong. Betul endak? ***

CATEGORIES
TAGS