Zona Abu-abu Lunturkan Idealisme Generasi Muda

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

DEPOK, (Tubas) – Pada dasarnya mahasiswa masih bisa menjaga idealismenya karena mereka masih bergantung hidup kepada orang tua. Menjadi mahasiswa merupakan masa transisi, perbedaan hitam dan putih masih tampak jelas jika dibanding dunia orang dewasa yang abu-abu.

Hal itu dikatakan Danar Anindito Mu’jizat, mahasiswa tingkat akhir Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) yang pernah aktif di BEM UI menjawab tubasmedia.com tentang idealisme mahasiswa Indonesia saat ini di Kampus UI Depok, pekan lalu.

Menurut Danar mahasiswa selalu identik dengan idealisme yang tinggi dan semangat juang yang menggebu-gebu dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran di negeri ini. Mahasiswa selalu berada di garda paling depan memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Mahasiswa juga selalu disebut sebagai penyambung lidah dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Kekuatan pemuda dan mahasiswa telah diakui mampu melengserkan rezim Orde Baru yang dipimpin Soeharto pada 1998.

Namun idealisme yang diagung-agungkan itu bisa luntur tatkala mereka tak lagi muda dan berada dalam zona abu-abu. Jika mereka tidak kuat bisa tunduk pada godaan pragmatisme. “Itulah dilema yang dihadapi para generasi muda ketika mereka berhasil masuk ke dalam sebuah institusi pemerintah: antara tetap setia dengan idealismenya namun terpinggirkan atau ikut bersama-sama dengan yang lain demi kecemerlangan karir,” katanya.

Hal itu menurut Danar menjadi sorotan tajam kepada generasi muda khususnya mahasiswa dalam memaknai hari ulang tahun kemerdekaan RI ke-66. “Mereka, generasi penerus yang bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa akan dibawa ke mana,” katanya.

Patriot Muslim, seorang mahasiswa aktivis UI menambahkan makna kemerdekaan yang sesungguhnya seolah luntur oleh gegap gempita sejumlah generasi muda bangsa yang sibuk memperkaya dirinya sendiri. Hal ini patut disayangkan karena seharusnya generasi muda mengisi kemerdekaan dengan prestasi dan pengabdian yang tinggi. “Sejarah telah membuktikan perubahan senantiasa dilakukan oleh pemuda,” tegasnya.

Terkait masalah korupsi dengan generasi muda sebagai aktornya, Patriot mengatakan banyak faktor yang menjadi akar dari masalah itu, seperti sistem yang rawan dan memungkinkan terjadinya korupsi, lemahnya penegakan supremasi hukum dan lobi-lobi politik yang memunculkan kesempatan bagi koruptor.

Danar menambahkan maraknya fenomena koruptor usia muda yang menghiasi HUT RI ke-66 dilatarbelakangi rapuhnya moral dan akhlak serta ketidaksiapan dalam menghadapi realita kehidupan yang abu-abu. Kondisi itu yang membuat koruptor muda usia larut dalam sistem yang korup dan kotor. “Mereka tidak mau terpinggirkan dari sistem yang ada,” katanya.

Dalam kasus Nazaruddin yang menyeret nama Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, Danar dan Patriot enggan berkomentar. Alasannya, belum ada bukti dari proses hukum terkait masalah tersebut. “Pokoknya siapa pun yang salah harus dihukum secara tegas dan adil,” tambah Patriot.

Bukan Seremonial

Sementara itu dari Garut dilaporkan bahwa sebagai warga negara yang sadar akan sejarah, peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI bukanlah seremonial belaka, akan tetapi lebih bermakna jika dijadikan sumber semangat dan kekuatan bagi kita dalam mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Perjuangan para pendahulu yang telah mengorbankan jiwa dan raga tanpa pamrih untuk membela negara dalam mencapai kemerdekaan, jangan sampai berbuah penyesalan hanya karena kita sebagai generasi penerus tidak mampu mengemban amanah yang telah mereka berikan kepada kita.

Oleh karena itu sepantasnya kita memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka dengan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara dalam membangun berbagai aspek kehidupan, baik itu kehidupan ekonomi, politik, hukum maupun kehidupan sosial budaya.

Demikian Bupati Garut H. Aceng HM Fikri, S.Ag saat membacakan sambutan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar, pada upacara pemberian remisi kepada warga binaan kemasyarakatan dalam rangka peringatan HUT ke-66 Proklamasi Kemerdekaan RI, Rabu (17/8), di Lembaga Pemasyarakatan Garut. Turut hadir, Dandim 0611 Garut Letkol Arm. Edy Yusnandar, Kapolres Garut AKBP Yayat Ruhiyat Hidayat, beserta para kepala Unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Garut, dan para kepala SKPD.

Menurut Bupati Aceng, rasa syukur dalam memperingati hari kemerdekaan ini tentunya menjadi milik segenap lapisan masyarakat, tak terkecuali bagi mereka warga binaan permasyarakatan yang sedang menjalani pidana di Lapas dan rumah tahanan (rutan). (dini/teguh)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS